Natal di Tokyo

Hari ini resmi menjadi natal ke-4 yang gue rayakan di Tokyo. Senang? Biasa aja. Padahal, gue adalah tipe orang yang lebih suka natal ketimbang hari ulang tahun sendiri. Entah kenapa, natal tahun ini terasa biasa aja dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Bisa jadi karena hari ini gue kena flu berat atau karena hari ini dingin maksimal. Mungkin juga karena kombinasi keduanya ditambah dengan kenyataan bahwa tanggal 25 Desember di Jepang adalah hari kerja biasa.

“Loh? Emangnya orang Jepang ga ngerayain natal?”

Engga.

“Tapi dekorasi natal nya kok heboh banget?”

Iya dong, kan biar jadi objek wisata bagi wisatawan dari dalam dan luar negeri. Untuk jadi tempat pacaran juga.

Nah lho.

Menurut gue, natal di Jepang itu bukannya memberikan aura senang, malah jadi memberikan aura kesedihan dan kesepian. Bagi orang Jepang, natal dirayakan meriah justru ketika malam natal (24 Desember) dan mayoritas dirayakan oleh para pasangan. Para jomblo biasanya menganggap malam natal sebagai hari yang menyedihkan dan lebih memilih untuk berdiam di rumah demi menghindari pemandangan memilukan (baca: banyak pasangan yang bermesraan di jalan dan di restoran). Natal akan menjadi sangat menyakitkan bagi para jomblo yang tinggal di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Kyoto.

Selain itu, natal di Jepang lebih mengandung unsur ekonomi ketimbang unsur agama. Tradisi makan ayam goreng ketika malam natal contohnya. Hal ini dijadikan sebagai ladang uang oleh KFC. Bahkan beberapa minggu sebelum natal, KFC udah promosi ayam untuk natalan. Ayam tersebut ga bisa dibeli ketika hari H, pelanggan yang berminat harus memesan terlebih dahulu dari jauh-jauh hari. Gue malah jadi merasa kalau natal di Jepang ini lebih mirip Indonesia ketika menjelang lebaran, para ibu-ibu yang berlomba-lomba memesan ketupat atau beli sembako sebelum harganya melangit.

Oh iya, nyari gereja yang mengadakan ibadah malam natal atau natal pun ga semudah di Indonesia. Gue termasuk beruntung karena gue tinggal di Tokyo dan gereja yang selalu gue datangi mengadakan misa malam natal dengan jadwal yang enak. Tapi bagi para penganut agama Kristen/Katolik yang berdomisili di luar Tokyo, mencari gereja saja bisa jadi hal yang sulit, apalagi cari misa natal. Tahun lalu gue merayakan natal sambil ikutan program homestay di Osaka. Gue inget banget waktu itu cari gereja di area Kansai dan berujung ga jadi gereja karena lokasi gerejanya jauh banget dan waktu ibadahnya ga cocok. Beda banget sama ketika di Indonesia, di Jakarta aja gereja ada banyak.

Tetapi, terlepas dari kehampaan perayaan natal di negara ini, gue tetap bersyukur kok bisa merayakan natal di Tokyo. Meskipun mayoritas masyarakatnya ga ngerti arti natal, tapi dekorasi natal yang mereka punya sungguh sangat menakjubkan.

Selamat Natal!

4 thoughts on “Natal di Tokyo

  1. Selamat Natal Tasia! Gw juga denger di Korea dan Jepang, hampir semua hari libur Barat tuh buat pasangan. Disini Natal buat keluarga, Tahun Baru untuk temen2 dan pasangan. Rada aneh sih gw denger itu dari kolega gw juga yang orang Korea.

    Soal ayam KFC, emang ada bedanya rasanya ama ayam KFC seperti biasa?

    Like

    1. Di Belanda mirip2 kita pas di Indonesia ya. Natal bareng keluarga (ngunjungin segala anggota keluarga besar), pas taun baruan ama temen atau pasangan gitu. Di Jepang sedih gitu kalo ga punya pacar pas natal.

      Sama aja!! 🤣🤣 lo kalo main sini pas natal, ntar kita bareng2 nyobain ayam KFC nya

      Like

      1. 🤣🤣🤣 boleh-boleh. Padahal natalan kemaren gue malah Christmas party sama temen-temen guru yg lain sambil ngomentarin pasangan-pasangan yg lewat

        Like

Leave a comment